BAB I
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah
berbagaizinfeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui
kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih
dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda
(15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk
tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini. Beberapa
PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul
(PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Para peneliti
mendapati bahwa infeksi kelamin terkait dengan risiko keguguran pada trimester
pertama dan kedua.
Selain itu, infeksi kelamin yang menyebar secara
hematogen dan masuk ke sirkulasi janin akan menimbulkan kecacatan, terhambatnya
pertumbuhan, hingga janin mati dalam kandungan. Untuk itu, wanita hamil
disarankan untuk melakukan skrining dan penanganan sedini mungkin sejak awal
kehamilan sehingga mengurangi risiko kehamilannya. Terdapat banyak penyakit
menular seksual atau penyakit kelamin yang dikenal, namun yang tersering adalah
gonore, sifilis, HIV/AIDS, kondiloma akuminata, bacterial vaginosis, infeksi
genital nonspesifik, hepatitis B, herpes genitalis, CMV, kandidiasis
vulvovaginalis, dan trikomoniasis. Perhatian lainnya ditujukan kepada
pengobatan penyakit, dimana pemilihan obat yang aman bagi ibu dan janin harus
diperhatikan, namun efektivitasnya terhadap penyakit cukup baik.
1.2.
Rumusan Masalah
a. Apakah definisi PMS, meliputi Sifilis, Gonoroe, dan HIV/ AIDS ?
b. Bagaimana resiko yang terjadi pada ibu hamil yang menderita PMS ?
c. Bagaimana dampak PMS pada janin ?
1.3.
Tujuan
a. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
IV.
b. Untuk mengetahui Penyakit Menular Seksual meliputi ; Sifilis,
Gonoroe, dan HIV/ AIDS
c. Untuk mengetahui dampak ibu penderita PMS pada janinnya
d. Untuk mengetahui asuhan kebidanan atau penatalaksanaan pada ibu
dengan PMS.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi
Penyakit Menular Seksual. PMS adalah infeksi yang
penularannya terjadi melalui kontak seksual baik dalam bentuk kontak seksual
genital, oral atau anal. Banyak
penderita PMS tidak menyadari bahwa dirinya mengidap PMS oleh karena penyakit
ini seringkali tidak menunjukkan gejala.
PMS dapat menimbulkan resiko bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. PMS dapat menyebabkan :
PMS dapat menimbulkan resiko bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. PMS dapat menyebabkan :
a. Abortus
b. Kehamilan
Ektopik (embrio melakukan implantasi diluar rahim)
c. Persalinan
preterm (kehamilan ≤ 37 minggu )
d. Lahir mati
e. Cacat
bawaan
f. Morbiditas
neonatus
g. Kematian
Seringkali penularan pada janin terjadi saat persalinan,
saat melalui jalan lahir yang terinfeksi. Namun, sejumlah infeksi juga dapat
terjadi secara transplasental sehingga menyebabkan infeksi janin intrauterin.
Adalah satu hal yang penting untuk memastikan bahwa wanita hamil bebas dari
PMS. Pada kunjungan prenatal pertama, provider kesehatan (bidan, dokter ,
obstetric & gynecologist) akan melakukan skrining untuk beberapa jenis PMS,
termasuk HIV – human immunodeficiency virus ( pada beberapa sentra
kesehatan tertentu ) dan syphilis. Beberapa jenis PMS dapat disembuhkan
dengan obat, namun tidak semua jenis PMS dapat diobati dengan obat. Bila jenis
PMS yang diderita termasuk jenis yang sulit disembuhkan maka harus diambil
langkah terbaik untuk melindungi janin yang dikandung.
Beberapa penyakit yang termasuk penyakit menular seksual
:
A.
Sifilis
Sifilis
merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang biasa dikenal dengan raja singa.
Sifilis dapat menular pada bayi yang dikandung secara transplasenta dan
menimbulkan kecacatan, penyebabnya adalah treponema pallidum.()
Sifilis
merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh troponema pallidum yang
dapat mengenai seluruh organ tubuh, mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga
susunan saraf pusat, dan juga dapat tanpa manifestasi lesi di tubuh. Infeksi
terbagi atas beberapa fase, yaitu sifilis primer, sifilis sekunder,
sifilis laten dini dan lanjut, serta neurosifilis (sifilis tersier). Sifilis
umumnya ditularkan lewat kontak seksual, namun juga dapat secara vertical pada
masa kehamilan. (Sarwono; 2009)
B.
Gonoroe
Gonore adalah IMS yang disebabkan oleh
diplokokus intrasel gram-negatif anaerob Neisseria gonorrhoeae. Gonorea adalah semua infeksi yang
disebabkan oleh neisseria gonorrhea. N. gonorrrhoeae dibawah mikroskop cahaya
tampak sebagai diplokokus berbentuk biji kopi dengan lembar 0,8 µm dan bersifat
tahan asam. Kuman ini bersifat gram negative, tampak diluar dan di dalam
leukosit polimorfnuklear, tidak dapat bertahan lama di udara bebas, cepat mati
pada keadaan kering, tidak tahanpada suhu di atas 39° C, dan tidak tahan zat
desinfektan.
C.
HIV/ AIDS
HIV adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan
tubuh,dan AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem
kekebalan tubuh yang dibentuk setelah lahir.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency
Syndrome.Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit turunan,
immuno berarti sistem kekeblan tubuh,Deficiency artinya kekurangan, sedangkan
syndrome adalah kumpulan gejala.AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
yang merusak kekebalan tubuh, sehingga mudah diserang oleh penyakit-penyakit
lain yang berakibat fatal.Padahal penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai
virus,cacing,jamur,protozoa,dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti
pada orang yang sistem kekebalannya normal.Selain penyakit
infeksi,penderita AIDS juga mudah
terkena kanker.Dengan demikian gejala AIDS amat bervariasi.Virus yang
menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Humman Immuno-deficiency Virus).
2.2. Etiologi
A.
Sifilis
a.
Sifilis disebabkan oleh triponema palidum,
spiroket yang menginfeksi mukosa sampai timbulnya kanker membran.
b.
Lama masa inkubasi, dari waktu pajanan sampai timbulnya kanker primer,
bergantung pada jumlah microorganism yang menetap saat infeksi dan berapa lama
organism ini bereplikasi. Spiroket membutuhkan 33 jam untuk bereplikasi
dibandingkan bakteri yang hanya memerlukani beberapa menit untuk bereplikasi.
1)
Inkubasi pada
tahap primer adalah 10-90 hari setelah kontak, rata-rata 21 hari. Tanda dan
gejala sembuh dengan spontan dalam 3 minggu tanopa terapi.
2)
Inkubasi pada tahap sekunder adalah
17 hari samapai 6 bulan setelah kontak, rata-rata 2,5 bulan. Bila sifilis tidak
diobati tanda dan gejala sembuh secara spontan dalam 2-8 minggu, dengan
rata-rata 4 minggu.
3)
Tahap laten dimulai setiap lesi
sekunder hilang.
c.
Individu dinyatakan infeksius bila
muncul salah asatu lesi primer atau sekunder. Respon antibody awal adalah IgM, dan dalam 2
minggu IgM berubah menjadi IgG.
B.
Gonoroe
a.
Organisme gonokokus (gonokokus, GC) adalah bakteri
diplokokus berbentuk kacang-kacang merah, yang bersifat patogen pada epitel.
Lokasi infeksi yang umum mencakup :
1.
Orofaring
2.
Konjungtiva mata
3.
Uretra pria
4.
Salurang reproduksi wanita. GC menetap dalam vagina
hingga menstruasi, saat kanalis serviks terbuka, dan kemudian naik ke uterus
serta tuba falopii.
5.
Rektum
b.
Infeksi sebelumnya memberikan antibody, namun bukan
imunitas. Baik virulensi bakteri maupun daya tahan tubuh individu bervariasi.
C.
HIV/ AIDS
a. Penularan HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung
HIV,seperti hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik,dan
alat-alat penusuk (tato,penindik,dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil
yang mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita
b. Yang
mengidap HIV (+).Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin
tertular.
c. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi ,sebagian besar
penularan terjadi waktu melahirkan atau menyusui, bayi lebih mungkin tertular
jika persalinan berlanjut lama.Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan
beresiko tertular oleh darah ibu,Air susu ibu (ASI) dari ibu yang terinfeksi
HIV juga mengandung virus itu. Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV (+), bayi
bisa tertular.
2.3. Gambaran Klinis
A. Sifilis
Pada kehamilan gejala klinik tidak
banyak berbeda dengan keadaan tidak hamil, hanya perlu diwaspadai hasil tes
serologi sifilis pada kehamilan normal bisa memberikan hasil positif palsu.
Transmisi treponema dari ibu ke janin umumnya terjadi setelah plasenta
terbentuk utuh, kira – kira sekitar umur kehamilan 16 minggu. Oleh karena itu
bila sifilis primer atau sekunder ditemukan pada kehamilan setelah 16 minggu,
kemungkinan untuk timbulnya sifilis congenital lebih memungkinkan.
1. Tahap primer menunjukan ciri-ciri berikut :
a. Lesi primer adalah sanker: papula kecil yang
membentuk jalan masuk dan menghancurkan diri untuk membentuk ulserasi
superficial yang tidak nyeri, dan berakhir selama 5 minggu dan sembuh secara
spontan. Lesi ini sehingga luput dari deteksi. Lesi mungkin satu atau banyak.
b. Sekitar 70% kasusu terjadi duseminata dari jalan
masuk infeksi ke kelenjar limfe yang menyebabkan pembesaran kelenjar limfe pada
lipatan paha dan axila yang diikuti pembesaran kelenjar limfe yang lain
(bubo-satelit), nyeri tekan dan berbatas tegas.
2. Tahap sekunder
Disebabkan diseminata
hematogen yang berasal dari drainase kelenjar limfe regional. Tahap sekunder
ditandai dengan kondisi berikut:
a. Ruam kulit yang menyeluruh, bilateral, tidak
gatal, dan tidak nyeri tampak hamper diseluruh tubuh , namun terutama di
membrane mukosa, telapak tangan dan telapak kaki. Ruam yang muncul bias berupa
salah satu atau semua bentuk lesi berikut:
1. Macula datar, berwarna tembaga
2. Papula eritematosa, berkerak
3. Pustule
b. Tampilan ruam dalam mulut berupa erosi putih yang
disebabkan dengan “tempelan mukosa”.
c. Lesi lecet yang berkombinasi dengan kondiloma
latum yang terbentuk pada area tubuh yang lembab, seperti area vulva dan
perianal. Lesi ini berupa sekelompok kecil veruka datar yang tertutup oleh
eksudat keabu-abuan; lesi ini sangat infeksius. Jangan keliru membedakan lesi
ini dengan kondiloma akuminata, veruka eksternal yang disebabkan oleh HPV.
d. Gejala sistemik yang biasa terjadi:
e. Adenopati yang menyeluruh
f. Demam, malaise, letargi dan sakit kepala
g. Anoreksia dan penurunan berat badan
h. Alopesia terjadi dimana saja pada tubuh.
3. Tahap laten
Terjadi setelah
manifestasi sifilis sekunder hilang tanpa terapi. Spiroket yang tinggal dalam
keadaan dorman ditubuh dan termanifestasi sendiri beberapa tahun kemudian
seiring degenerasi banyak organ. Spiroket dapat didiagnosis dengan uji
laboratorium saat tidak ada manifestasi klinis, terutama bila riwayat pejanan
telah diketahui atau terdapat riwayat lesi primer atau sekunder.Dengan gejala:
1. Luka primer didaerah genetalia atau tempat lain
seperti dimulut dari sekitarnya. Pada lues sekunder kadang – kadang timbul
kondiloma lata. Lues laten dan sudah lama dapat menyerang organ tubuh lainnya.
2. Pemeriksaan serologis reaksi wassermann dan VDRL
3. Kelahiran mati atau anak yang lalu dengan lues
congenital merupakan petunjuk bahwa ibu menderita sifilis.
4. Tahap Tersier
Sifilis tersier adalah kelanjutan dari sifilis sekunder. Dengan
tandda khas Gumma ( infiltrate berbatas tegas, lunak, destruktif, besarnya
bervariasi ) dapat menjadi ulkus. Dapat terjadi pada mukosa, tulang, hepar,
kardiovaskuler.
B.
Gonoroe
Gejala pada wanita berbeda dengan pria, karena perbedaan antomi dan
fisiologi genital wanita dan pria. Masa inkubasinya bervariasi, singkat (mulai
dari beberapa jam sampai 2- 5 hari ), gejala dan tanda pada ibu hamil:
1.
Disuria
2.
Gatal pada vulva
3.
Sekret purulenta dari uretra
4.
Kelenjar batholini membesar
5.
Orofaringitis ( penyebab hubungan oral – genital )
6.
Rektum ( penyebab hubungan rectum dan genital)
7.
Konjungtivitis ( melalui alat/ tangan)
8.
Kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri di panggul bawah
C.
HIV / AIDS
Sebagian penderita mengalami gejala-gejala berikut dalam masa 2 - 6 minggu selepas
dijangkiti kuman HIV:
1. demam
2. sakit tekak dan batuk
3. sakit otot
4. sakit kepala
5. bengkak kelenjar limfa
6. letih
7. ruam
8. sakit sendi
9. turun berat badan
Infeksi HIV terjadi melalui 3
tahapan :
a. Tahap Primer/Akut
Terjadi dalam 3-6 minggu, manifestasinya klinisnya berlangsung
selama kurang lebih 1 bulan yang menyebabkan nyeri kepala, demam. Pada tahap
ini virus dapat dideteksi di dalam darah. Jumlah sel CD4+ sedikit menurun :
750-1000 sel/mm3.
b. Tahap Kronik / Asimptomatik
Dapat berlangsung selama 10 tahun, replikasi virus berlangsung lebih
cepat dan lebih destruktif CD4 sebanyak 500 sel/mm3
c. Tahap AIDS
Ditandai dengan penurunan jumlah sel CD4+ yang progresif (200 sel/mm3).
2.4. Faktor Resiko
1. Faktor
Resiko :
-
Paling sering terjadi pada golongan usia muda umur 20 –
29 tahun
-
Orang yang melakukan kontak langsung dengan infeksius
awal lesi awal kulit atau selaput lendir pada saat melakukan hubungan seksual
dengan penderita sifilis.
-
Dapat diturunkan oleh ibu penderita pada anak yang
dikandungnya
-
Bergonta ganti
pasangan seksual
-
Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual
-
Melalui barang perantara yang sedah dipakai oleh
penderita seperti pakaian dalam, handuk dan sebagainya ( Djuanda,1987 )
B. Gonoroe
Kelompok berisoko tinggi
-
PSK ( Pekerja Seks Kormesial )
-
Orang yang mempunyai 1 pasangan seksual tetapi
pasanganya suka bergonta – ganti pasangan seksual
-
Pada wanita usia 16-24 tahun
-
Pada laki-laki usia 20-34 tahun
-
Homoseks dan pecandu narkotika ( Dayli 2005 )
C. HIV/AIDS
-
Mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi yaitu
melakukan seksual tanpa kondom dengan banyak mitra seksual yang dapat
berpotensi HIV/ AIDS
-
Mempunyai riwayat infeksi menular seksual
-
Mempunyai riwayat menerima transfuse darah berulang,
tanpa tes penapisan awal
-
Mempunyai perlukaan kulit, tattoo, tindik, atau
sirkumsisi dengan alat yang tidak steril dan bergantian
-
Sebagai pemakai narkoti suntik terutama pemakaian jarum
bersama secara bergantian tanpa sterilisasi yang memadai
2.5. Prognosis ke Janin
A.
Sifilis
Pada saat lahir
bayi dapat tampak sehat dan kelainan timbul setelah beberapa minggu, tetapi
dapat pula kelainan ada sejak lahir. Di mana virus Troponema Pallidum masuk
secara hematogen melalui placenta ( UK 10 minggu ), sehingga janin yang
terinfeksi dapat mati atau abortus, lahir mati atterm ( IUFD ), dan lahir hidup
dengan tanda- tanda sifilis kongenital.
Pada bayi dapat
dijumpai kondisi sebagai berikut :
1.
Pertumbuhan intrauterine yang terlambat
2.
Kelainan membrane mukosa ( bibir, mulut, laring dan
mukosa genital)
3.
Kelainan kulit, rambut dan kuku
Dapat
berupa macula eriterm, papullosqruamosa, dan bulla. Bulla sedah ada sejak lahir
yang tersebar secara simetris terutama pada telapak tangan dan kaki.
4.
Kelainan tulang ( terjadi pada 6 bulan pertama )
Tanda sifilis
kongenital lanjut :
1.
Kornea : keratitis intersisial
Biasanya terjadi pada umur pubertas dan bilateral.npada kornea
timbul pengabuan menyerupai gelas disertai vaskularisasi sclera. Terjadi pada
20 – 50% kasus sifilis kongenital lanjut.
2.
Tulang : perisynovitis
Mengenai
kedua lutut yang akan mengakibatakan terjadinya bengkak tanpa nyeri yang
simetris.
3.
Sistem saraf pusat
Biasanya
yang menjadi tanda adalah adanya kelemahan umum dan renjatan.
B. Gonoroe
Bayi yang
terkena gonoroe akan menjadi buta, pembengkakan pada kedua kelopak mata dan
matanya mengeluarkan nanah. Selain itu penyakit sistemik seperti meningitis dan
arthritis, sepsis, pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan
C. HIV/AIDS
2.6. Penatalaksanaan
A.
Sifilis
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu
hamil dan pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk
pengobatan sifilis, baik sifilis didapat maupun kongenital. Pada wanita
hamil, tetrasiklin dan doksisiklin
merupakan kontraindikasi. Pengobatan sifilis pada kehamilan dibagi menjadi 3,
yaitu :
1.
Sifilis Dini ( primer, sekunder, dan laten dini tidak
lebih dari 2 tahun)
Benzatine
Penisillin 1x / IM, Penisillin G Prokain dalam aquadest 600.000 IU/IM selama 10
hari.
2.
Sifilis Lanjut ( lebihan dari 2 tahun )
Benzatine
Penisillin G 2.4 juta IU/ IM setiap minggu, selama 3x berturut- turut, atau
dengan Penisilin G Prokain 600.000 UI/ IM setiap hari selama 21 hari
3.
Neurosifilis
Benzidin
penicillin 6 – 9 MU selama 3 sampai 4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian
benzyl penicillin 2 - 4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari.
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini
mungkin, sebaiknya sebelum hamil atau pada triwulan 1 untuk mencegah penularan
pada janin. Suami
harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi wasserman dan VDRL, bila perlu
diobati.
Pengobatan pada bayi
1.
Menderita sifilis kongengital yang sesuai dengan
gambaran klinik
B.
Gonorroe
Pada ibu hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetraksiklin
yang direkomendasikan adalah golongan sefalosporin ( seftriakson 250 Mg/ IM
dosis tunggal ). Jika wanita hamil alergi terhadap penisil atau sefalosporin
tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikana Spektinomisin 2 gr/IM sebagai
dosis tunggal.
Pada wanita hamil juga dapat diberikan amoksisilin 2 grm / 3 gram
peroral dengan tambahan probenesid 1 grm oral sebagai dosis tunggal saat
isolasi N.Gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin
direkomendasikan untuk pengobatan jika disertai infeksi C. Trachomatis.
Semua bayi
C.
HIV/ AIDS
BAB III
Penutup
3.1.
Kesimpulan
3.2.
Saran
Daftar Pustaka
Christopher, J. 2000. Obstetric
dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika .
Fadlun, Feryanto Achmad. 2011. Asuhan
Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Nugraheny, Esti. 2010. Asuhan
Kebidanan Pathologi. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Nugroho,Taufan.2012. Patologi
Kebidanan. Yogyakarta : Niha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Rukiyah, Ai Yeyeh; dkk. 2010. Asuhan
Kebidanan IV ( Patologi Kebidanan ). Jakarta : Trans Info Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar